Sunday, November 10, 2013

Saranghae Chingu-ya

Part 2
Malam hari…
Kulihat Jae Shin terbaring lemah di tempat tidur itu membuatku membenci diriku, dan bertanya mengapa aku bisa setega itu berkata kasar pada Jae Shin. Dia sahabat terbaikku, dia yang selalu ada untukku, dia yang memberiku semangat ketika aku sedang jatuh. Betapa bodohnya aku. Ku duduk di sebelah tempat tidurnya. Dan tanpa sadar air mataku mengalir
Sandeul: Jae-Shin-ah, mianhae.. jjinjja mianhaeyo.. aku tidak akan berkata seperti itu lagi padamu. Kumohon cepatlah kau sembuh dan kita bisa bermain seperti dulu lagi. Kumohon Jae Shin-ah.
Tanpa diduga sebelumnya, mata Jae Shin terbuka.
Jae Shin: (lirih) yah, Lee Sandeul, kenapa kau disini? Mana Hye jin?
Sandeul: (nada panic) yah, yah, yah kenapa kau bangun?
Jae Shin: aku mendengar ada yang memanggil namaku. Ya Lee Sandeul, kenapa kau menangis?
Sandeul: (mengusap air mata) tidak, tidak apa-apa. Bagaimana ini bisa terjadi padamu?
Jae Shin: ceritanya panjang. Sudah jangan Tanya itu lagi.
Sandeul: mianhaeyo Jae Shin-ah (manangis)
Jae Shin: (menggenggam tangan Sandeul) sudahlah, aku sudah melupakan kejadian kemarin, dan aku tidak lagi memikirkannya. Lagipula kejadian ini bukan salahmu.
Tiba-tiba perasaan aneh mengalir dalam hati Sandeul. Perasaan yang tidak ingi melihat Jae Shin menderita, menangis, apalagi terluka seperti ini. Perasaan ingin menjaga Jae Shin bukan sebagai sahabat kecilnya saja.
Keesokan paginya, sebelum Jae Shin bangun dari tidurnya. Sandeul telah bersiap pergi. Sebelum pergi dia mencium kening Jae Shin yang tertutup perban.
Sandeul: aku akan kembali untuk memastikan perasaanku padamu Jae Shin-ah.
3 hari setelah kejadia itu, Sandeul dan Hyejin putus, karena Hyejin tidak bisa terima perhatian Sandeul yang lebih terhadap Jae Shin.
1 minggu setelah kejadian itu, Jae Shin keluar dari rumah sakit tanpa ditemani Sandeul.



Jae Shin’s POV
24 Desember 2014
1 hari menjelang Natal, semua orang sedang sibuk kecuali aku. Jinyoung oppa sedang membantu appa, eomma sedang menyiapkan masakan yang akan kami makan besok saat natal. Sedangkan aku? Hanya dikamar melihat salju yang turun diluar. Ku buka handphone yang ada di tanganku, terpampang foto aku dan Sandeul sedang di amusement park minggu lalu. Aku mulai mengingat kembali saat-saat kami kecil, Sandeul selalu ada untukku dan selalu membelaku jika ada yang menjahiliku. Aku tidak tau apa perasaan sayangku kepadanya hanya perasaan saying sebagai sahabat saja. Aku sudah membuktikannya ketika Sandeul bepacaran dengan Hyejin, aku sedih tapi aku hanya bisa tersenyum melihatnya bahagia sekali dengan Hyejin di sampinganya. Tiba-tiba suara pintu kamar yang terbuka memecah lamunanku. Ternyata Sandeul yang masuk.
Sandeul: hey, sedang apa?
Jae Shin: oh, aku sedang melihat salju turun, tumben kau kesini?
Sandeul: eomma menyuruhku kesini, karena dirumah aku tak membantu apa-apa hahaha. Maklum dirumah ada Channie yang rajin membantu eommaku.
Jae Shin: dasar kau ini, sekali-kali kau yang bantu eomma-mu, jangan semua pekerjaan kau serahkan pada Channie.
Sandeul: hahaha kau juga begitu kan? Semua pekerjaan kau serahkan pada Jinyoung Hyung. Hahaha (merong)
Jae Shin: eii.. dasar Lee Sandeul.. aku sedang malas berdebat denganmu.
Sandeul: hahaha aku kesini untuk mengajakmu jalan-jalan mala mini. Apa kau mau? Ayo kita ke Seoul Tower hari ini, bagaimana?
Jae Shin: yah, Lee Sandeul, apa kau gila? Apa kita mau ke Seoul disaat seperti ini?
Sandeul: tenang saja Jung Jae Shin, kali ini kita membawa mobil, dan aku sudah mengantongi izin dari appamu dan Jinyoung hyung. Jadi bagaimana kalau kau siap-siap sekarang dan kita akan berangkat 1 jam lagi. (jalan keluar kamar)
Jae Shin: yah Lee Sandeul!
Mendengar apa yang dikatakan Sandeul membuatku sangat senang, dan sekarang aku mulai bersiap. Aku mencuci rambutku, memulih jaket tebal yang bagus, sepatu yang cocok dan memakai make-up minimalis. Aku tak tau kenapa aku begitu excited dengan ajakan Sandeul ini tapi aku punya firasat baik tentang jalan-jalan kami kali ini.
1 jam berikutnya aku sudah turun ke ruang tamu yang sudah ramai ocehan Sandeul.
Sandeul: yah, uri Jae shin neomu yeopo.. (merong)
Jinyoung: hey Lee Sandeul, berani-beraninya kau bilang adikku cantik. Kalau sampai terjadi sesuatu pada adikku yang cantik ini, mati kau.
Semua tertawa mendengar ancaman Jinyoung oppa kepada Sandeul.
Jae shin: sudah sudah, ayo kita berangkat Sandeul-ah.
Sandeul: ayo kita berangkat. Immo, gommo, hyung, aku berangkat.
Jinyoung: hati-hati bawa mobilnya, jalanan licin.
Setelah berpamitan, kami mulai jalan menuju Seoul yang membutuhkan 2 jam perjalanan. Selama perjalanan yang begitu panjang, kami hanya menghabiskan dengan obrolan ringan tentang apa yang akan kami lakukan jika kami sampai disana. Selanjutnya aku hanya tidur karena udara yang sangat dingin.
Sesampainya di Seoul Tower, Sandeul membangunkanku dengan lembut dan kamipun keluar dari mobil yang telah diparkirnya dengan rapi. Saat ini, Sandeul yang biasanya seorang chatter box hanya diam saja melihatku tengah memandang pohon natal besar di depan mata kami.
Jae Shin: Yah, Lee Sandeul, mengapa kau terus memandangiku? Apa aku begitu cantik? Hahaha (bercanda)
Sandeul: iya. Kau memang begitu cantik Jae Shin-ah. Mengapa aku tak menyadarinya dari dulu?
Jae Shin: hahaha jangan berkata semacam itu, kau membuatku takut.
Kami tertawa bersama sepanjang jalan-jalan kami di Soul Tower. Tepat sebelum pulang, Sandeul mengengam tangaku dengan erat. Dibawah pohon natal ini, hatiku berdebar kencang.
Sandeul: Jae Shin-ah…
Jae Shin: ehhmm..
Sandeul: apa kau sayang padaku?
Jae Shin: yah Lee Sandeul! Ada apa denganmu? Tentu aku sayang padamu.
Sandeul: (muka serius) apa kau sayang padaku sebagai teman?
Jae Shin: tentu, kenpa kau tanyakan itu?
Sandeul: jika aku memiliki perasaan lebih terhadapmu, apa kau akan mengijinkanku masuk kedalam hatimu?
Jae Shin: yah yah, kau benar-benar menakutiku kali ini Sandeul-ah
Sandeul: Jae Shin-ah, aku sayang padamu melebihi seorang teman kecil. Aku tak tau sejak kapan rasa ini mulai muncul. Tapi aku benar-benar ingin menjagamu dengan baik melebihi seorang teman.
Jae shin: apa kau serius? Bagaimana dengan Hyejin? Bukankah kau masih namja-chingunya?
Sandeul: aku sudah putus darinya waktu kau masih ada dirumah sakit. Dia tak bisa menerimaku memberikan perhatian yang begitu besar terhadapmu dan tanpa sadar aku sangat memperdulikanmu, sangat mengkhawatirkanmu. Hanya kau yang selalu ada disisiku setiap saat. Jae Shin-ah, maukah kau jadi yeoja-chingu-ku??
Jae shin: Sandeul-ah, sebenarnya aku juga sanagt sedih begitu tau kau mulai denga Hyejin. Tapi ketika melihat wajahmu bahagia , akumengubur dalam-dalam rasa sedih itu dan turut bahagia. Aku tak bisa memungkiri aku sangat senang ketika kau datang kerumahku November lalu. Aku juga tak bisa memungkiri bahawa hari-hari yang kulalui sangat hampa tanpa celotehan dan tingkah jahilmu. Mungkin aku juga mulai jatuh cinta padamu Sandeul-ah.
Sandeul: apa ini artinya kau mau menjadi yeoja-chinguku?
Jae Shin: (hanya mengangguk)…
Dalam diam yang menyenangkan ini, Sandeul mendekat kearahku dan mencium keningku serta memelukku. Aku hanya bisa terdiam dan tersenyum serta membalas pelukan bahagia darinya.
Sandeul: gomawoyo Jae Shin-ah.. gomawoyo.. Saranghaeyo Jae-shin-ah, neomu..
Jae shin: na du Sandeul-ah.. saranghae.. <3


===================================the End=============================

No comments:

Post a Comment