Part 2
Malam hari…
Kulihat Jae Shin terbaring lemah
di tempat tidur itu membuatku membenci diriku, dan bertanya mengapa aku bisa
setega itu berkata kasar pada Jae Shin. Dia sahabat terbaikku, dia yang selalu
ada untukku, dia yang memberiku semangat ketika aku sedang jatuh. Betapa
bodohnya aku. Ku duduk di sebelah tempat tidurnya. Dan tanpa sadar air mataku
mengalir
Sandeul: Jae-Shin-ah, mianhae.. jjinjja mianhaeyo.. aku tidak akan
berkata seperti itu lagi padamu. Kumohon cepatlah kau sembuh dan kita bisa
bermain seperti dulu lagi. Kumohon Jae Shin-ah.
Tanpa diduga sebelumnya, mata Jae
Shin terbuka.
Jae Shin: (lirih) yah, Lee Sandeul, kenapa kau disini? Mana Hye jin?
Sandeul: (nada panic) yah, yah, yah kenapa kau bangun?
Jae Shin: aku mendengar ada yang memanggil namaku. Ya Lee Sandeul,
kenapa kau menangis?
Sandeul: (mengusap air mata) tidak, tidak apa-apa. Bagaimana ini
bisa terjadi padamu?
Jae Shin: ceritanya panjang. Sudah jangan Tanya itu lagi.
Sandeul: mianhaeyo Jae Shin-ah (manangis)
Jae Shin: (menggenggam tangan Sandeul) sudahlah, aku sudah
melupakan kejadian kemarin, dan aku tidak lagi memikirkannya. Lagipula kejadian
ini bukan salahmu.
Tiba-tiba perasaan aneh mengalir
dalam hati Sandeul. Perasaan yang tidak ingi melihat Jae Shin menderita,
menangis, apalagi terluka seperti ini. Perasaan ingin menjaga Jae Shin bukan
sebagai sahabat kecilnya saja.
Keesokan paginya, sebelum Jae
Shin bangun dari tidurnya. Sandeul telah bersiap pergi. Sebelum pergi dia
mencium kening Jae Shin yang tertutup perban.
Sandeul: aku akan kembali untuk memastikan perasaanku padamu Jae
Shin-ah.
3 hari setelah kejadia itu,
Sandeul dan Hyejin putus, karena Hyejin tidak bisa terima perhatian Sandeul
yang lebih terhadap Jae Shin.
1 minggu setelah kejadian itu,
Jae Shin keluar dari rumah sakit tanpa ditemani Sandeul.
Jae Shin’s POV
24 Desember 2014
1 hari menjelang Natal, semua orang sedang sibuk kecuali
aku. Jinyoung oppa sedang membantu appa, eomma sedang menyiapkan masakan yang
akan kami makan besok saat natal. Sedangkan aku? Hanya dikamar melihat salju
yang turun diluar. Ku buka handphone
yang ada di tanganku, terpampang foto aku dan Sandeul sedang di amusement park
minggu lalu. Aku mulai mengingat kembali saat-saat kami kecil, Sandeul selalu
ada untukku dan selalu membelaku jika ada yang menjahiliku. Aku tidak tau apa
perasaan sayangku kepadanya hanya perasaan saying sebagai sahabat saja. Aku
sudah membuktikannya ketika Sandeul bepacaran dengan Hyejin, aku sedih tapi aku
hanya bisa tersenyum melihatnya bahagia sekali dengan Hyejin di sampinganya.
Tiba-tiba suara pintu kamar yang terbuka memecah lamunanku. Ternyata Sandeul
yang masuk.
Sandeul: hey,
sedang apa?
Jae Shin: oh, aku
sedang melihat salju turun, tumben kau kesini?
Sandeul: eomma
menyuruhku kesini, karena dirumah aku tak membantu apa-apa hahaha. Maklum
dirumah ada Channie yang rajin membantu eommaku.
Jae Shin: dasar
kau ini, sekali-kali kau yang bantu eomma-mu, jangan semua pekerjaan kau
serahkan pada Channie.
Sandeul: hahaha
kau juga begitu kan? Semua pekerjaan kau serahkan pada Jinyoung Hyung. Hahaha
(merong)
Jae Shin: eii..
dasar Lee Sandeul.. aku sedang malas berdebat denganmu.
Sandeul: hahaha
aku kesini untuk mengajakmu jalan-jalan mala mini. Apa kau mau? Ayo kita ke
Seoul Tower hari ini, bagaimana?
Jae Shin: yah,
Lee Sandeul, apa kau gila? Apa kita mau ke Seoul disaat seperti ini?
Sandeul: tenang
saja Jung Jae Shin, kali ini kita membawa mobil, dan aku sudah mengantongi izin
dari appamu dan Jinyoung hyung. Jadi bagaimana kalau kau siap-siap sekarang dan
kita akan berangkat 1 jam lagi. (jalan keluar kamar)
Jae Shin: yah Lee
Sandeul!
Mendengar apa yang dikatakan Sandeul membuatku sangat
senang, dan sekarang aku mulai bersiap. Aku mencuci rambutku, memulih jaket
tebal yang bagus, sepatu yang cocok dan memakai make-up minimalis. Aku tak tau
kenapa aku begitu excited dengan
ajakan Sandeul ini tapi aku punya firasat baik tentang jalan-jalan kami kali
ini.
1 jam berikutnya aku sudah turun ke ruang tamu yang sudah
ramai ocehan Sandeul.
Sandeul: yah, uri
Jae shin neomu yeopo.. (merong)
Jinyoung: hey Lee
Sandeul, berani-beraninya kau bilang adikku cantik. Kalau sampai terjadi
sesuatu pada adikku yang cantik ini, mati kau.
Semua tertawa mendengar ancaman Jinyoung oppa kepada
Sandeul.
Jae shin: sudah
sudah, ayo kita berangkat Sandeul-ah.
Sandeul: ayo kita
berangkat. Immo, gommo, hyung, aku berangkat.
Jinyoung:
hati-hati bawa mobilnya, jalanan licin.
Setelah berpamitan, kami mulai jalan menuju Seoul yang
membutuhkan 2 jam perjalanan. Selama perjalanan yang begitu panjang, kami hanya
menghabiskan dengan obrolan ringan tentang apa yang akan kami lakukan jika kami
sampai disana. Selanjutnya aku hanya tidur karena udara yang sangat dingin.
Sesampainya di Seoul Tower, Sandeul membangunkanku dengan
lembut dan kamipun keluar dari mobil yang telah diparkirnya dengan rapi. Saat
ini, Sandeul yang biasanya seorang chatter box hanya diam saja melihatku tengah
memandang pohon natal besar di depan mata kami.
Jae Shin: Yah,
Lee Sandeul, mengapa kau terus memandangiku? Apa aku begitu cantik? Hahaha
(bercanda)
Sandeul: iya. Kau
memang begitu cantik Jae Shin-ah. Mengapa aku tak menyadarinya dari dulu?
Jae Shin: hahaha
jangan berkata semacam itu, kau membuatku takut.
Kami tertawa bersama sepanjang jalan-jalan kami di Soul
Tower. Tepat sebelum pulang, Sandeul mengengam tangaku dengan erat. Dibawah
pohon natal ini, hatiku berdebar kencang.
Sandeul: Jae
Shin-ah…
Jae Shin: ehhmm..
Sandeul: apa kau
sayang padaku?
Jae Shin: yah Lee
Sandeul! Ada apa denganmu? Tentu aku sayang padamu.
Sandeul: (muka
serius) apa kau sayang padaku sebagai teman?
Jae Shin: tentu,
kenpa kau tanyakan itu?
Sandeul: jika aku
memiliki perasaan lebih terhadapmu, apa kau akan mengijinkanku masuk kedalam
hatimu?
Jae Shin: yah
yah, kau benar-benar menakutiku kali ini Sandeul-ah
Sandeul: Jae
Shin-ah, aku sayang padamu melebihi seorang teman kecil. Aku tak tau sejak
kapan rasa ini mulai muncul. Tapi aku benar-benar ingin menjagamu dengan baik
melebihi seorang teman.
Jae shin: apa kau
serius? Bagaimana dengan Hyejin? Bukankah kau masih namja-chingunya?
Sandeul: aku
sudah putus darinya waktu kau masih ada dirumah sakit. Dia tak bisa menerimaku
memberikan perhatian yang begitu besar terhadapmu dan tanpa sadar aku sangat
memperdulikanmu, sangat mengkhawatirkanmu. Hanya kau yang selalu ada disisiku
setiap saat. Jae Shin-ah, maukah kau jadi yeoja-chingu-ku??
Jae shin:
Sandeul-ah, sebenarnya aku juga sanagt sedih begitu tau kau mulai denga Hyejin.
Tapi ketika melihat wajahmu bahagia , akumengubur dalam-dalam rasa sedih itu
dan turut bahagia. Aku tak bisa memungkiri aku sangat senang ketika kau datang
kerumahku November lalu. Aku juga tak bisa memungkiri bahawa hari-hari yang
kulalui sangat hampa tanpa celotehan dan tingkah jahilmu. Mungkin aku juga
mulai jatuh cinta padamu Sandeul-ah.
Sandeul: apa ini
artinya kau mau menjadi yeoja-chinguku?
Jae Shin: (hanya
mengangguk)…
Dalam diam yang menyenangkan ini, Sandeul mendekat kearahku
dan mencium keningku serta memelukku. Aku hanya bisa terdiam dan tersenyum
serta membalas pelukan bahagia darinya.
Sandeul: gomawoyo
Jae Shin-ah.. gomawoyo.. Saranghaeyo Jae-shin-ah, neomu..
Jae shin: na du
Sandeul-ah.. saranghae.. <3
===================================the End=============================
No comments:
Post a Comment